
Keberadaan paus sangat penting bagi ekosistem laut. Ketika hidup, mereka adalah pemakan yang efisien, menempati posisi tinggi dalam rantai makanan.
Ketika mati, paus memberikan kehidupan bagi ratusan hewan laut hingga 50 tahun. Mereka memiliki peran penting dalam siklus kehidupan di lautan Bumi.
Setelah kematian paus, pembusukan mulai terjadi, karena bagian dalamnya mulai membusuk. Hewan itu kemudian mengembang karena gas dan mengapung ke permukaan laut. Di permukaan laut, bangkai paus dapat dimangsa oleh hiu atau burung laut.
Akhirnya, paus itu akan mulai tenggelam, jatuh kilometer demi kilometer, hingga akhirnya terdampar di dasar laut. Inilah saat ketika bangkai paus dikenal sebagai whale fall (runtuhan paus/paus jatuh).
Whale fall dapat memberi makan seluruh ekosistem makhluk laut dalam, mulai dari pemakan bangkai besar hingga bakteri mikroskopis. Mereka menyediakan sumber makanan berlimpah bagi penghuni dasar laut.
Begitu paus mendarat di dasar laut, ikan hagfish, hiu tidur, kepiting, lobster, dan sejumlah hewan pemakan bangkai lainnya memakan lemak dan otot hingga ke tulang paus.
Seekor paus yang mati dapat menyediakan makanan bagi berbagai hewan laut hingga dua tahun selama tahap awal mengais bangkai ini.
Jatuhnya paus secara alami merupakan pemandangan langka, sehingga para ilmuwan memiliki sedikit kesempatan untuk mempelajari paus yang mati dan tenggelam secara alami di lautan terbuka.
Biasanya, whale fall yang diamati para ilmuwan berupa paus-paus terdampar yang mati dan sengaja ditenggelamkan di lokasi tertentu untuk diteliti secara detail.
Hanya beberapa kasus whale fall (paus jatuh) yang terjadi secara alami. Sisanya berasal dari eksperimen penenggelaman.
Cacing zombie pemakan tulang
Hewan pemakan bangkai besar mungkin akan menghabiskan bangkai paus hingga hanya tersisa tulang, tetapi masih banyak makanan yang tersisa untuk hewan yang jauh lebih kecil.
Siput laut, cacing bulu, dan udang melahap sisa-sisa lemak atau otot. Mereka juga akan memakan bahan organik yang dikeluarkan dari bangkai.
Hewan-hewan tersebut akan berkumpul di sekitar paus. Mereka akan pindah dan tumbuh dewasa di sana dan menjadi populasi yang utuh.
Misalnya saja cacing zombi (spesies dalam genus Osedax) pertama kali ditemukan pada lokasi jatuhnya paus sedalam tiga kilometer pada tahun 2002.
Dr Adrian Glover, pakar Museum tentang keanekaragaman hayati laut dalam, menjelaskan, "Ini adalah hewan terpenting yang bertanggung jawab atas proses pemecahan tulang."
Cacing ini dikenal juga sebagai cacing tulang. Invertebrata ini memakan tulang secara kimiawi, memecah unsur-unsur seperti kolagen dan lemak menggunakan metode khusus. Selain itu, mereka mendorong oksigen ke dalam tulang. Proses ini mempercepat pembusukan.
Cacing-cacing itu, seperti Osedax mucofloris, menggali sistem akarnya yang berisi bakteri ke dalam tulang, membiarkan bulu-bulunya berkibar di air terbuka, menghirup oksigen.
Jauh di dalam akar, cacing dan bakteri menghasilkan asam dan enzim untuk memecah berbagai elemen tulang. "Beberapa jantan Osedax hidup di luar tabung betina, membuahi telur saat dilepaskan," kata Adrian.
Oviduk (saluran telur) melepaskan banyak telur ke dalam kolom air, yang kemudian menetas menjadi larva. Larva-larva ini lalu menetap di tulang paus terdekat atau terbawa arus hingga mencapai bangkai paus lainnya. Pemakan bangkai kecil ini dapat menghabiskan waktu hingga 10 tahun untuk memanen sisa-sisa paus.
Saat para pemakan bangkai bekerja mencerna tulang-tulang paus, bangkai paus dapat menjadi sumber kehidupan bagi kelompok pengurai khusus selama 10 hingga 50 tahun. Tulang-tulang ini kemudian diambil alih oleh bakteri yang menghasilkan gas hidrogen sulfida, yaitu gas yang berbau seperti telur busuk.
Proses yang disebut kemoautotrofi adalah cara bagi hewan untuk mendapatkan energi melalui zat kimia ini (hidrogen sulfida) dan zat kimia, bukan dari makanan. Spesies moluska khusus dan cacing tabung adalah kemoautotrof. Mereka memanfaatkan bangkai paus dengan menyerap zat kimia yang dilepaskan dari tulang-tulangnya.
Sebelum keberadaan paus jatuh terdokumentasi dengan baik, para ilmuwan mengira keanekaragaman hayati seperti ini hanya bisa ditemukan di lokasi semburan dingin (cold-seep) dan ventilasi hidrotermal (hydrothermal vent), yaitu tempat keluarnya gas hidrogen sulfida dan metana secara alami dari dasar laut.
Namun kini diakui bahwa whale fall menjadi semacam 'batu loncatan' unik yang memungkinkan hewan-hewan spesialis dari tempat-tempat tersebut menyebar ke dasar laut yang sebagian besar tandus.
Artikel ini disadur dari National Geographic